BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gangguan
jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa
mengenal ras, budaya, anak-anak, dewasa miskin ataupun kaya, gangguan jiwa
merupakan salah satu gangguan mental yang disebabkan oleh beragam faktor yang
berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan
perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secaraa mendadak
tanpa disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan
jiwa akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres
ini tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan
kejiwaan.
Pada umumnya terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yakni, faktor keturunan, jika didalam
silsilah keluarga tersebut terdapat riwayat gangguan jiwa maka
keturunan-keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat mungkin juga akan
mengalami gangguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang tua
mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami gangguan jiwa tersebut.
Faktor lingkungan, faktor lingkungan disini juga bisa berpengaruh terhadap
penyakit medis gangguan jiwa tersebut, contoh di dalam sebuah lingkungan ada
seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga memiliki sebuah aib dan dalam
lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan sengaja mengucilkan dan
mengejek orang tersebut, maka orang tersebut akan mengalami beban pikiran yang
berat sehingga menyebabkan depresi yang menyebabkan gangguan jiwa.
Gangguan mental adalah pola fisikologi ataau perilaku yang pada umumnya
terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian
dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai
kombinasi efektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan
dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau system saraf yang menjalankan
fungsi sosial manusia. Gangguan jiwa akan menetap seumur hidup dan bersifat
kronik. Besar kemungkinan akan kambuh, meski mereka menjalani perawatan di RS
jiwa.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun masalh yang ingin dibahas
dalam makalah ini yaitu :
1. Apa
definisi dari gangguan jiwa ?
2. Faktor
apa saja yang menyebabkan gangguan jiwa ?
3. Bagaimana
tanda dan gejala dari gangguan jiwa ?
4. Sebutkan
jenis-jenis dari gangguan kejiwaan ?
5. Sebutkan
macam-macam program pengobatan pasien ganguan jiwa?
1.3
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan dari rumusan masalah
diatas, maka tujuan penulisan dari
makalah ini yaitu untuk mengetahui arti atau definisi dari gangguan jiwa ,untuk
mengetahui apa saja yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,untuk mengetahui
tanda dan gejala dari gangguan jiwa, untuk mengetahui jenis-jenis dari gangguan
jiwa dan untuk mengetahui apa saja macam-macam program pengobatan untuk pasien
gangguan jiwa.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Gangguan Jiwa
Gangguan
jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia,
yaitu fungsi psikologi, perilaku, biologi, perilaku tersebut mempengaruhi
hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat. (Maramis,2010).
Gangguan jiwa atau mental illnes
adalah keadaan dimana seorang mengalami kesulitan mengenai persepsinya mengenai
kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikap terhadap diri sendiri.
Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang ama halnya dengan gangguan jasmani
lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan
sampai rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa.(Budiono,2010)
Gangguan jiwa adalah suatu kondisi
dimana seorang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan
fungsi orang sebagai manusia. (UU.RI No.18,2014)
2.2 Faktor Yang
Menyebabkan Gangguan Jiwa
Gejala yang
paling utama pada gangguan jiwa terdapat unsur kejiwaan, biasanya tidak
terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari berbagai
unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul
gangguan kejiwaan.
Menurut faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab
gangguan jiwa diantaranya :
1. Usia
Padausia menginjak dewasa, dimana pada usia ini merupakan usia yang
produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara
mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya
sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota keluarga.
2. Tidak
bekerja
Tidak memiliki pekerjaan mengakibatkan
seseorang tidak mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi
dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tidak mempunyai kegiatan dan
memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3. Kepribadian
yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian yang
tertutup cenderung menyimpan permasalahannya sendiri sehingga masalah yang
dihadapi akan semakain menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa
menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan
depresi dan mengalami gangguan jiwa.
4. Putus
obat
Pada beberapa penelitian menunjukan
bahwa seseorang dengan gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang
klien merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan
merasa sudah sembuh.
5. Pengalaman
yang tidak menyenangkan
Pengalaman yang tidak menyenangkan
dialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh
masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah mengalami gangguan
jiwa.
6. Konflik
dengan teman atau keluarga
Seseorang yang mempunyai konflik dengan
keluarga misalnya karena harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami
gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga
akaan memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor
yang berlebihan namunmekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan bedar
seseorang akan mengalami gangguan jiwa.
2.3 Tanda Dan Gejala
Gangguan Jiwa
Tanda dan gejala yang muncul pada pasien
dengan gangguan jiwa menurut Maramis tahun 2010 diantaranya :
a. Normal dan
Abnormal
Abnormal berarti
menyimpang dari yang normal. Seseuatu dikatakan abnormal apabila terdapat suat
norma, dan seseorang tersebut telah menyimpang dari batas-batas norma
b. Gangguan
Kesadaran
Kesadaran mrupakan
kemampuan individu dalam mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta
dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut
baik maka orientasi (waktu, tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta
pemakaian informasi yang masuk secara efektfif (melalui ingatan dan
pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu keadaan dengan kemampuan
persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara
kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak normal merupakan kemampuan
dalam mengadakan hubungan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu
dalam taraf tidak sesuai kenyataan.
c. Gangguan
Ingatan
Ingatan
berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi (mencatat atau
meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf pusat); penahanan atau
retensi (menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan pemanggilan kembali
atau “recall” (mengigat atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan
ingatan terjadi apabila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari
ketiga usnsur diatas.
d. Gangguan
Orientasi
Gangguan orientasi
atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadarandan dapat menyangkut
waktu, tempat, atau orang. Gangguan Afek dan Emosi. Afek ialah nada perasaan,
menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan, kekecewaan, kasih sayang) yang
menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi afek ke luar dan disertai
oleh banyak komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan
dsertai oleh banyak komponen fisiologi dan berlansung relatif tidak lama.
Seseorang dikatakan telah mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa
depresi, kecemasan, eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan
ambivalensi.
e. Gangguan
Psikomotor
Psikomotor
merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, gangguan psikomotor
dapat berupa :
a. Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
b. Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang,
gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat.
c. Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan
tertentu.
d. Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat padanya
oleh orang lain.
e. Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan
f. Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak
bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oelh rangsangan
dari luar
g. Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang
tidak wajar
h. Grimas : miik yang aneh dan ebrulang-ulang
i. Stereotype :
gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
7. Gangguan proses
berfikir
Proses berfikir
meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta penalaran.
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan intelegensi
10. Gangguan
kepribadian
2.4 Klasifikasi
Gangguan Jiwa
Sistem
klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan DSM
(Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem
kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba
menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari berbagai sindrom,
serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa banding. Kriteria diagnosis pada
DSM menggunakan sistem multtiaksis, yag menggambarkan berbagai gejala yang
harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan. Multiaksisi tersebut meliputi
sebagai berikut :
Aksis 1 : sindroma
klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis
Aksis 2 : gangguan
kepribadian dan retardasi mental
Aksis 3 : kondisi
medis secara umum
Aksisi 4 ; masalah
lingkungan dan psikososisal
Aksis 5 :
penilaian fungsi secara global
Pedoman
penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia (PPDGJ) pada awalnya
disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada PPDGJ III
disusun berdasarkan ICD X.
2.5 Macam-macam
program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa
Pada
pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk memulihkan
kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan, beberapa terapi pengobatan
pada pasien gangguan jiwa
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka
adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek utamanya
pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan
farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien
gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar
dapat mengembangkan upaya kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi
dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta memadukan dengan berbagai
alternatif terapi lainnya.
b. Kejang Listrik
Terapi
kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien gangguan
jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang umum,
berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang
aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada
otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala (pelipis
kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk menimbulkan kejang.
Kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum. Namun,
sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara
motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan
terjadinya perubahan faali dan biokimia otak
c. Terapi
Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi
aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku
pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini cukup efektif karena di
dalam kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling
memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui
bersama, sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya
terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas kelompok
(TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota
berkesempatan untuk menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang
lain, mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri.
Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan
pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan
interpersonal.
d. Terapi Kognitif
Terapi
kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur, yang
memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu
memecahkan masalah tersebut.
e. Terapi Keluarga
Terapi
keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul kemudian
dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini setiap
anggota keluarga d iberi kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam
menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah
kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat
satu sama lain dan saling bergantung, serta d iorganisasi dalam satu unit
tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
f. Terapi
Lingkungan
Terapi
lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar dapat membantu
penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari Bahasa Prancis, yang
dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau environment,
sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan
adalah sama dengan terapi suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan
terapeutik. Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek
negatif perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir, adopsi
nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang sesuai, serta
pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar.
g. Terapi Perilaku
Perilaku
akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat perilaku tersebut dirasa kurang
tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu perilaku tidak dapat diterima oleh
budaya setempat karena bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi dengan
pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang
berperilaku sesuai dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia
berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung.
2.6 Macam-macam
Program pengobatan pada pasien gangguan jiwa
Dalam menunjang
tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang dibutuhkan, tetapi juga program
pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menurut Psychiatric-Mental Health
Nursing tahun 2015 macam-macam pengobatan pada pasien gangguan jiwa
diantaranya :
a. Pengobatan
rawat inap dirumah sakit
Perawatan
psikiatri rawat inap disebuah rumah sakit merupakan cara utama untuk orang
dengan penyakit mental. Unit psikiatri menekankan terapi bicara atau interaksi
antara pasien dengan staf dan lingkungan yang ada. Terapi lingkungan juga
mrupakan salah satu aspek dalam pengobatan rawat inap dirumah sakit untuk
membantu pasien dalam menstabilkan pasien dengan gangguan jiwa yang lebih akut.
Dalam init rawat inap ditujukan untuk mengidentifikasi gejala dan ketrampilan
dalam menangani gejala yang muncul, serta mengidentifikasi masalah jangka
panjang untuk menjalani terapi rawat jalan.
b. Pengobatan
rawat jalan
Rawat
jalam adalah salah satu unit kerja dirumah sakit atau suatu pelayanan kesehatan
yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan,
termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan rawat jalan
merupakan pelyanan kepada pasien untuk observasi, diagnosa pengobatan,
rehabilitasi medik dan peayanan kesehatan lainnya yang bersifat umum,
spesialistik, sub spesialistik yang dilaksanakan di suatu rumah sakit atau
layanan kesehatan tanpa tinggal rawat inap (Agustiawan & Andri )
Salah satu program
dalam rawat jalan adalah rehabilitasi kejiwaan yang mengacu pada layanan yang
dirancang untuk mempromosikan proses pemulihan untuk orang dengan penyait
mental. Program rawat jalan bertujuan untuk mengontrol gejala dan memanajemen
pengobatan untuk pemberdayaan dan pningkatan kualitas hidup. Pelayanan rawat
jalan lebih mengedepankan komunitas yang berbasis masyarakat.
2.7 Manfaat
Rawat Jalan pada pasien dengan ganggan jiwa
Rawat
jalan merpakan salah satu program dalam proses pemulihan kondisi kejiwaa n yang
terganggu pasca rawat inap, menurut Psychiatric Mental Health Nursing edisi
ke-5 tahun 2015 menyebutkan tujuan dilakukan rawat jalan diantaranya :
a. Pemulihan dari kondisi gangguan jiwa
b. Peningkatan kualitas hidup
c. Terwujudnya komunitas yang terintregasi
d. Meningkatkan kemandirian pasca rawat inap
e. Penurunan penerimaan pasien dirumah sakit
f. Perawatan berkelanjutan
g. Mencegah
kekambuhan
h. Mencegah pasien putus obat
i. Peningkatan
kesehatan fisik
2.8 Definisi
Kepatuhan
Kepatuhan
merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan pada tujuan
yang telah ditentukan dan mengacu pada tingkat pasien melaksanakan tingkah laku
dan pengobatan yang disarankan (Rut & Damansia, 2015).
2.9
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Rawat Jalan pada Pasien Gangguan Jiwa
Suatu
program pengobatan sangat membutuhkan kepatuhan dari setiap pasien, baik itu
pengobatan jangka panjang maupun jangka panjang. Pengobatan rawat jalan pada
pasien gangguan jiwa merupakan pegobatan yang rentan terhadap kepatuhan,
seringkali pasien merasa jenuh untuk melakukan pengobatan terus menerus dan
kemudian tidak patuh pada pengbatan. Menurut CI Otpataku et all tahun
2015 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan rawat
jalan pada pasien gangguan jiwa diantaranya :
1. Wawasan atau
pengetahuan
Pengetahan
atau wawasan mengenai suatu penyakit yang sedang dialami oleh seorang pasien
merupakan hal penting dalam melaksanakan kepatuhan pengobatan rawat jalan.untuk
menghindari keadaan sakit, seseorang diharapkan mengetahui bagaimana cara
menjaga kesehatannya dan mempertahankan kondisi tersebut agar tidak terjadi
kekambuhan.
2. Motivasi dari
diri sendiri
Dalam
menjalankan pengobatan rawat jalan yang intensif seesorang membutuhkan motivasi
dari dirinya sendiri, seperti semangat untuk kesembuhannya, mengupayakan diri
agar tidak putus asa dalam program pengobatannya, serta melawan rasa bosan
dengan pengobatan yang panjang. Kesembuhan baik secara jasmani maupun rohani
merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh tiap-tiap individu untuk
menghasilkan kualitas hidup yang baik sehingga dapat menjalankan hidup didalam
masyarakat sesuai perannya masing-masing ( Andriani & Kahirul, 2016 ).
3. Dukungan dari
Keluarga
Dukungan
keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada
umumnya seesorang dengan gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui
jadwal kapaan ia harus berobat. Keluarga harus selalu membimbing dan
mengarahkan agar seseorang dengan gangguan jiwa untuk dapat berobat dengan
benar dan teratur.
Dukungan keluarga
yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan emosional yaitu dengan
memberikan kasih sayang dan sikap mengahrgai yang diperlukan klien, dukungan
informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan pengarahan kepada klien, dan
dukungan penilaian mmberikan pujian kepada klien jika mau diarahkan untuk
berobat ( Karmila, Dhian, & Herawati, 2016)
4. Tenaga
Kesehatan Yang Profesional
Tenaga
kesehatan profesional yang melayani pasien dengan gangguan jiwa harus mampu
memberikan wawasan tentang gangguan jiwa dan selalu melakukan pengawasan
terhadap pasiennya, serta dapat menunjukan perilaku dan sikap yang baik saat
memberikan pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa sehingga dapat terus
melaksanakan pengobatan.
Tenaga ksehatan
khusunya seorang perawat sebagai tenaga keehatan profesional mempunyai
kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan yang komprehensif dengan membantu pasien memnuhi kebutuhan dasar
5. Stigma Positif
Dari Masyarakat
Prasangka
dan stigma buruk yang menyertai pasien gangguan jiwa menyebabkan kesulitan yang
dihadapi pasien gangguan jiwa bertambah.begitupun sebaliknya stigma baik dan
penerimaan serta perlakuan yang baik dari masyarakat membantu pasien gangguan
jiwa beserta kelurganya dalam mengahdapi masalah yang muncul dan mengurangi
beban secara subyektif maupun beban obyektif, serta memotivasi dalam proses
kesembuhan.
Adanya dukungan
dari masyarakat membuat individu akan merasa diperdulikan, diperhatikan, merasa
tetap percaya diri, tidak mudah putus asa, tidak minder, merasa dirinya
bersemangat, merasa ikhlas dengan kondisi, sehingga merasa lebih tenang dalam
mengadapi suatu masalah ( Fauziah & Latipun, 2016).
6. Agama dan
Kepercayaan
Agama
membantu proses self-regulation atau pengaturan diri. Dilihat dari sudut
pandang psikologis, self-regulation akan membuat individu bertigkah laku sesuai
dengan aturan-aturan atau tujuan yang ingin dicapainya tersebut. Oleh karena
itu jika dikaitkan dengan hubungannya dengan kesehatan, agama akan memeberikan
berbagai aturan untuk menjalani hidup yang sehat. Idividu dengan konsep agama
yang positif memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi ( Anton,
2011).
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1
Simpulan
Simpulan
Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis, yaitu bahwa setiap tahunnya jumlah
penderita gangguan jiwa di Indonesia terus meningkat, hal ini disebabkan oleh
kurangnya kepedulian lingkungan terutama keluarga dalam menangani penderita
gangguan jiwa, padahal kepedulian keluarga sangatlah penting dalam proses
penyembuhan pasien.
Rumah
sakit jiwa yang telah ada sekarang tidak menyediakan fasilitas bagi keluarga
untuk berperan serta aktif dalam proses penyembuhan pasien, maka dengan
dirancangnya sebuah tempat pemulihan gangguan jiwa dapat mempercepat proses
penyembuhan pasien. Pada tempat pemulihan penderita gangguan jiwa yang penulis
desain diberi ruang khusus untuk pasien dapat berkumpul dengan keluarganya,
selain itu pusat terapi ini juga lebih mementingkan kebersamaan dan kepedulian
antar sesama pasien maupun antara pasien dengan orang lain yang diharapkan
dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dan menekankan peningkatan jumalah
penderita ganguan jiwa.
3.2 Saran
1. Untuk Masyarakat Umum
Saran untuk masyarakat umum adalah jangan menganggap bahwa penderita gangguan
jiwa itu berbahaya dan harus dijauhi atau bahkan dikucilkan, tetapi justru
mereka (penderita gangguan jiwa) sangat membutuhkan kepedulian dan dukungan lingkungan
sekitarnya terutama keluarga.
2. Untuk Peneliti Selanjutnya Saran dan masukan
untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperdalam materi dan menambahkan
data-data yang akurat dari narasumber yang terpercaya, juga memperdalam
media-media yang akan dibuat.
3. Untuk Pemerintahan,
Masyarakat, Keluaraga Saran kepada pemerintah lebih memperhatikan masalah
kesehatan jiwa sehingga dalam pelayanan kesehatan lebih murah dan terjangkau
(Dana BPJS tepat sasaran), lebih merata sehingga partisipan ditempat yang jauh
pun bisa mencapainya untuk mengurangi kejadian kekambuhan.Upaya ini merupakan
salah satu cara yang perlu dilakukan untuk mengurangi kasus pemasungan pada
penderita gangguan jiwa berat. Upaya lainnya adalah meningkatkan pengetahuan
masyarakat mengenai akses terhadap fasilitas kesehatan yang dekat dengan tempat
tinggal sehingga informasi mudah di dapat. Untuk keluarga Dalam memberikan
perawatan kepada pasien diharapkan mampumengurangi terjadinya kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa akibat dari sikap yang salah.
0 Komentar