BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
    
       Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan tanpa mengenal ras, budaya, anak-anak, dewasa miskin ataupun kaya, gangguan jiwa merupakan salah satu gangguan mental yang disebabkan oleh beragam faktor yang berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secaraa mendadak tanpa disertai alasan yang jelas. Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan membuat seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak ditangani secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan.

        Pada umumnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yakni, faktor keturunan, jika didalam silsilah keluarga tersebut terdapat riwayat gangguan jiwa maka keturunan-keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat mungkin juga akan mengalami gangguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang tua mereka yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami gangguan jiwa tersebut. Faktor lingkungan, faktor lingkungan disini juga bisa berpengaruh terhadap penyakit medis gangguan jiwa tersebut, contoh di dalam sebuah lingkungan ada seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga memiliki sebuah aib dan dalam lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan sengaja mengucilkan dan mengejek orang tersebut, maka orang tersebut akan mengalami beban pikiran yang berat sehingga menyebabkan depresi yang menyebabkan gangguan jiwa.

     Gangguan mental adalah pola fisikologi ataau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi efektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau system saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Gangguan jiwa akan menetap seumur hidup dan bersifat kronik. Besar kemungkinan akan kambuh, meski mereka menjalani perawatan di RS jiwa. 



1.2  Rumusan Masalah

            Adapun masalh yang ingin dibahas dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa definisi dari gangguan jiwa ?
2.      Faktor apa saja yang menyebabkan gangguan jiwa ?
3.      Bagaimana tanda dan gejala dari gangguan jiwa ?
4.      Sebutkan jenis-jenis dari gangguan kejiwaan ?
5.      Sebutkan macam-macam program pengobatan pasien ganguan jiwa?


1.3  Tujuan Penulisan
   
      Berdasarkan dari rumusan masalah diatas, maka tujuan  penulisan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui arti atau definisi dari gangguan jiwa ,untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,untuk mengetahui tanda dan gejala dari gangguan jiwa, untuk mengetahui jenis-jenis dari gangguan jiwa dan untuk mengetahui apa saja macam-macam program pengobatan untuk pasien gangguan jiwa.
































BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Definisi Gangguan Jiwa

           Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku individu yang berkaitan dengan suatu gejala penderitaan dan pelemahan didalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia, yaitu fungsi psikologi, perilaku, biologi, perilaku tersebut mempengaruhi hubungan antara dirinya sendiri dan juga masyarakat. (Maramis,2010).

           Gangguan jiwa atau mental illnes adalah keadaan dimana seorang mengalami kesulitan mengenai persepsinya mengenai kehidupan, hubungan dengan orang lain, dan sikap terhadap diri sendiri. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang ama halnya dengan gangguan jasmani lainnya, tetapi gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan sampai rasa cemas, takut hingga tingkat berat berupa sakit jiwa.(Budiono,2010)

           Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia. (UU.RI No.18,2014)

         
2.2 Faktor Yang Menyebabkan Gangguan Jiwa
     Gejala yang paling utama pada gangguan jiwa terdapat unsur kejiwaan, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi terdapat beberapa penyebab dari berbagai unsur yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu muncul gangguan kejiwaan.
Menurut faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa diantaranya :
1.      Usia
    Padausia menginjak dewasa, dimana pada usia ini merupakan usia yang produktif, dimana seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota keluarga.



2.      Tidak bekerja
      Tidak memiliki pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai penghasilan dan gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tidak mempunyai kegiatan dan memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3.      Kepribadian yang tertutup
       Seseorang yang memiliki kepribadian yang tertutup cenderung menyimpan permasalahannya sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakain menumpuk. Hal ini yang membuat seseorang tidak bisa menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga menimbulkan depresi dan mengalami gangguan jiwa.
4.      Putus obat
        Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan menghentikan minum obat dan merasa sudah sembuh.
5.      Pengalaman yang tidak menyenangkan
        Pengalaman yang tidak menyenangkan dialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah mengalami gangguan jiwa.
6.      Konflik dengan teman atau keluarga
        Seseorang yang mempunyai konflik dengan keluarga misalnya karena harta warisan juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akaan memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang mengalami stressor yang berlebihan namunmekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan bedar seseorang akan mengalami gangguan jiwa.

2.3 Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa
        Tanda dan gejala yang muncul pada pasien dengan gangguan jiwa menurut Maramis tahun 2010 diantaranya :
a. Normal dan Abnormal
Abnormal berarti menyimpang dari yang normal. Seseuatu dikatakan abnormal apabila terdapat suat norma, dan seseorang tersebut telah menyimpang dari batas-batas norma

b. Gangguan Kesadaran
Kesadaran mrupakan kemampuan individu dalam mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca inderanya).apabila kesadaran tersebut baik maka orientasi (waktu, tempat, dan orang) dan pengertian yang baik serta pemakaian informasi yang masuk secara efektfif (melalui ingatan dan pertimbangan). Kesadaran menurun adalah suatu keadaan dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan (secara kwantitatif). Kesadaran yang berubah atau tidak normal merupakan kemampuan dalam mengadakan hubungan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu dalam taraf tidak sesuai kenyataan.

c. Gangguan Ingatan
Ingatan berdasarkan tiga proses yaitu, pencatatan atau regristasi (mencatat atau meregristasi sesuatu pengalaman didalam susunan saraf pusat); penahanan atau retensi (menyimpan atau menahan catatan tersebut) ; dan pemanggilan kembali atau “recall” (mengigat atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan terjadi apabila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga usnsur diatas.

d. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadarandan dapat menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan Afek dan Emosi. Afek ialah nada perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan, kekecewaan, kasih sayang) yang menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak komponen fisiologi dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah mengalami gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan, eforia, anhedonia, kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.

e. Gangguan Psikomotor
Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa, gangguan psikomotor dapat berupa :
a. Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
b. Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan aktivitas menjadi sangat lambat.
c. Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan tertentu.
d. Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang lain.
e. Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan
f. Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan, yang berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oelh rangsangan dari luar
g. Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak wajar
h. Grimas : miik yang aneh dan ebrulang-ulang
i. Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.

7. Gangguan proses berfikir
Proses berfikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman, ingatan serta penalaran.
8. Gangguan persepsi
9. Gangguan intelegensi
10. Gangguan kepribadian
2.4 Klasifikasi Gangguan Jiwa

Sistem klasifikasi pada ICD (International Classification of Disease) dan DSM (Diagnostic and Sttistical Manual of Mental Disorer) menggunakan sistem kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba menstandartkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari berbagai sindrom, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosa banding. Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multtiaksis, yag menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegkakan. Multiaksisi tersebut meliputi sebagai berikut :
Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis
Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental
Aksis 3 : kondisi medis secara umum
Aksisi 4 ; masalah lingkungan dan psikososisal
Aksis 5 : penilaian fungsi secara global

Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia (PPDGJ) pada awalnya disusun berdasarkan berbagai klasifikasi pada DSM, tetapi pada PPDGJ III disusun berdasarkan ICD X.


2.5 Macam-macam program pengobatan untuk pasien dengan gangguan jiwa

Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk memulihkan kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan, beberapa terapi pengobatan pada pasien gangguan jiwa

a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya.

b. Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang umum, berlangsung sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang aman untuk pasien. Pada prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada otak melalui dua elektroda dan ditempatkan pada bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum. Namun, sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan terjadinya perubahan faali dan biokimia otak

c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini cukup efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri. Keuntungan lain yang diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan pendidikan, meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan interpersonal.

d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur, yang memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu memecahkan masalah tersebut.

e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul kemudian dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini setiap anggota keluarga d iberi kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah. Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas beberapa individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung, serta d iorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

f. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar dapat membantu penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari Bahasa Prancis, yang dalam Bahasa Inggris diartikan surronding atau environment, sedangkan dalam Bahasa Indonesia berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah sama dengan terapi suasana lingkungan yang dirancang untuk tujuan terapeutik. Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena adanya efek negatif perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir, adopsi nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang sesuai, serta pasien akan kehilangan kontak dengan dunia luar.

g. Terapi Perilaku
Perilaku akan dianggap sebagai hal yang maladaptif saat perilaku tersebut dirasa kurang tepat, mengganggu fungsi adaptif, atau suatu perilaku tidak dapat diterima oleh budaya setempat karena bertentangan dengan norma yang berlaku. Terapi dengan pendekatan perilaku adalah suatu terapi yang dapat membuat seseorang berperilaku sesuai dengan proses belajar yang telah dilaluinya saat dia berinteraksi dengan lingkungan yang mendukung.


2.6 Macam-macam Program pengobatan pada pasien gangguan jiwa

Dalam menunjang tercapainya kesembuhan tidak hanya terapi yang dibutuhkan, tetapi juga program pengobatan pada pasien gangguan jiwa, menurut Psychiatric-Mental Health Nursing tahun 2015 macam-macam pengobatan pada pasien gangguan jiwa diantaranya :
a. Pengobatan rawat inap dirumah sakit
Perawatan psikiatri rawat inap disebuah rumah sakit merupakan cara utama untuk orang dengan penyakit mental. Unit psikiatri menekankan terapi bicara atau interaksi antara pasien dengan staf dan lingkungan yang ada. Terapi lingkungan juga mrupakan salah satu aspek dalam pengobatan rawat inap dirumah sakit untuk membantu pasien dalam menstabilkan pasien dengan gangguan jiwa yang lebih akut. Dalam init rawat inap ditujukan untuk mengidentifikasi gejala dan ketrampilan dalam menangani gejala yang muncul, serta mengidentifikasi masalah jangka panjang untuk menjalani terapi rawat jalan.

b. Pengobatan rawat jalan
Rawat jalam adalah salah satu unit kerja dirumah sakit atau suatu pelayanan kesehatan yang melayani pasien berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pelayanan rawat jalan merupakan pelyanan kepada pasien untuk observasi, diagnosa pengobatan, rehabilitasi medik dan peayanan kesehatan lainnya yang bersifat umum, spesialistik, sub spesialistik yang dilaksanakan di suatu rumah sakit atau layanan kesehatan tanpa tinggal rawat inap (Agustiawan & Andri )
Salah satu program dalam rawat jalan adalah rehabilitasi kejiwaan yang mengacu pada layanan yang dirancang untuk mempromosikan proses pemulihan untuk orang dengan penyait mental. Program rawat jalan bertujuan untuk mengontrol gejala dan memanajemen pengobatan untuk pemberdayaan dan pningkatan kualitas hidup. Pelayanan rawat jalan lebih mengedepankan komunitas yang berbasis masyarakat.


2.7 Manfaat Rawat Jalan pada pasien dengan ganggan jiwa

Rawat jalan merpakan salah satu program dalam proses pemulihan kondisi kejiwaa n yang terganggu pasca rawat inap, menurut Psychiatric Mental Health Nursing edisi ke-5 tahun 2015 menyebutkan tujuan dilakukan rawat jalan diantaranya :
a. Pemulihan dari kondisi gangguan jiwa
b. Peningkatan kualitas hidup
c. Terwujudnya komunitas yang terintregasi
d. Meningkatkan kemandirian pasca rawat inap
e. Penurunan penerimaan pasien dirumah sakit
f. Perawatan berkelanjutan
g. Mencegah kekambuhan
h. Mencegah pasien putus obat
i. Peningkatan kesehatan fisik


2.8 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan pada tujuan yang telah ditentukan dan mengacu pada tingkat pasien melaksanakan tingkah laku dan pengobatan yang disarankan (Rut & Damansia, 2015).


2.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Rawat Jalan pada Pasien Gangguan Jiwa

Suatu program pengobatan sangat membutuhkan kepatuhan dari setiap pasien, baik itu pengobatan jangka panjang maupun jangka panjang. Pengobatan rawat jalan pada pasien gangguan jiwa merupakan pegobatan yang rentan terhadap kepatuhan, seringkali pasien merasa jenuh untuk melakukan pengobatan terus menerus dan kemudian tidak patuh pada pengbatan. Menurut CI Otpataku et all tahun 2015 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pengobatan rawat jalan pada pasien gangguan jiwa diantaranya :
1. Wawasan atau pengetahuan
Pengetahan atau wawasan mengenai suatu penyakit yang sedang dialami oleh seorang pasien merupakan hal penting dalam melaksanakan kepatuhan pengobatan rawat jalan.untuk menghindari keadaan sakit, seseorang diharapkan mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatannya dan mempertahankan kondisi tersebut agar tidak terjadi kekambuhan.

2. Motivasi dari diri sendiri
Dalam menjalankan pengobatan rawat jalan yang intensif seesorang membutuhkan motivasi dari dirinya sendiri, seperti semangat untuk kesembuhannya, mengupayakan diri agar tidak putus asa dalam program pengobatannya, serta melawan rasa bosan dengan pengobatan yang panjang. Kesembuhan baik secara jasmani maupun rohani merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh tiap-tiap individu untuk menghasilkan kualitas hidup yang baik sehingga dapat menjalankan hidup didalam masyarakat sesuai perannya masing-masing ( Andriani & Kahirul, 2016 ).

3. Dukungan dari Keluarga
Dukungan keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien gangguan jiwa, karena pada umumnya seesorang dengan gangguan jiwa belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal kapaan ia harus berobat. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkan agar seseorang dengan gangguan jiwa untuk dapat berobat dengan benar dan teratur.
Dukungan keluarga yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan emosional yaitu dengan memberikan kasih sayang dan sikap mengahrgai yang diperlukan klien, dukungan informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan pengarahan kepada klien, dan dukungan penilaian mmberikan pujian kepada klien jika mau diarahkan untuk berobat ( Karmila, Dhian, & Herawati, 2016)

4. Tenaga Kesehatan Yang Profesional
Tenaga kesehatan profesional yang melayani pasien dengan gangguan jiwa harus mampu memberikan wawasan tentang gangguan jiwa dan selalu melakukan pengawasan terhadap pasiennya, serta dapat menunjukan perilaku dan sikap yang baik saat memberikan pelayanan kepada pasien dengan gangguan jiwa sehingga dapat terus melaksanakan pengobatan.
Tenaga ksehatan khusunya seorang perawat sebagai tenaga keehatan profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan yang komprehensif dengan membantu pasien memnuhi kebutuhan dasar

5. Stigma Positif Dari Masyarakat
Prasangka dan stigma buruk yang menyertai pasien gangguan jiwa menyebabkan kesulitan yang dihadapi pasien gangguan jiwa bertambah.begitupun sebaliknya stigma baik dan penerimaan serta perlakuan yang baik dari masyarakat membantu pasien gangguan jiwa beserta kelurganya dalam mengahdapi masalah yang muncul dan mengurangi beban secara subyektif maupun beban obyektif, serta memotivasi dalam proses kesembuhan.
Adanya dukungan dari masyarakat membuat individu akan merasa diperdulikan, diperhatikan, merasa tetap percaya diri, tidak mudah putus asa, tidak minder, merasa dirinya bersemangat, merasa ikhlas dengan kondisi, sehingga merasa lebih tenang dalam mengadapi suatu masalah ( Fauziah & Latipun, 2016).

6. Agama dan Kepercayaan
Agama membantu proses self-regulation atau pengaturan diri. Dilihat dari sudut pandang psikologis, self-regulation akan membuat individu bertigkah laku sesuai dengan aturan-aturan atau tujuan yang ingin dicapainya tersebut. Oleh karena itu jika dikaitkan dengan hubungannya dengan kesehatan, agama akan memeberikan berbagai aturan untuk menjalani hidup yang sehat. Idividu dengan konsep agama yang positif memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi ( Anton, 2011).









BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Simpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil analisis, yaitu bahwa setiap tahunnya jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia terus meningkat, hal ini disebabkan oleh kurangnya kepedulian lingkungan terutama keluarga dalam menangani penderita gangguan jiwa, padahal kepedulian keluarga sangatlah penting dalam proses penyembuhan pasien.
Rumah sakit jiwa yang telah ada sekarang tidak menyediakan fasilitas bagi keluarga untuk berperan serta aktif dalam proses penyembuhan pasien, maka dengan dirancangnya sebuah tempat pemulihan gangguan jiwa dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Pada tempat pemulihan penderita gangguan jiwa yang penulis desain diberi ruang khusus untuk pasien dapat berkumpul dengan keluarganya, selain itu pusat terapi ini juga lebih mementingkan kebersamaan dan kepedulian antar sesama pasien maupun antara pasien dengan orang lain yang diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dan menekankan peningkatan jumalah penderita ganguan jiwa.
3.2 Saran                
1. Untuk Masyarakat Umum Saran untuk masyarakat umum adalah jangan menganggap bahwa penderita gangguan jiwa itu berbahaya dan harus dijauhi atau bahkan dikucilkan, tetapi justru mereka (penderita gangguan jiwa) sangat membutuhkan kepedulian dan dukungan lingkungan sekitarnya terutama keluarga.
2.  Untuk Peneliti Selanjutnya Saran dan masukan untuk penelitian selanjutnya agar dapat memperdalam materi dan menambahkan data-data yang akurat dari narasumber yang terpercaya, juga memperdalam media-media yang akan dibuat.
3. Untuk Pemerintahan, Masyarakat, Keluaraga Saran kepada pemerintah lebih memperhatikan masalah kesehatan jiwa sehingga dalam pelayanan kesehatan lebih murah dan terjangkau (Dana BPJS tepat sasaran), lebih merata sehingga partisipan ditempat yang jauh pun bisa mencapainya untuk mengurangi kejadian kekambuhan.Upaya ini merupakan salah satu cara yang perlu dilakukan untuk mengurangi kasus pemasungan pada penderita gangguan jiwa berat. Upaya lainnya adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai akses terhadap fasilitas kesehatan yang dekat dengan tempat tinggal sehingga informasi mudah di dapat. Untuk keluarga Dalam memberikan perawatan kepada pasien diharapkan mampumengurangi terjadinya kekambuhan pada pasien gangguan jiwa akibat dari sikap yang salah.